Kisah Kasih Duniamu

"…apalah arti sebuah kisah bila tidak ada kasih di dalamnya…"

balada anak kost

Ini bukan sesuatu menarik tapi begitu penting bagi diriku. Sesuatu yang sering berulang, mungkin karena seringnya kadang rasa maluku sudah hilang begitu rupa. Sama seperti saat ini ketika aku menunggak bayaran kostku.

“Hssst………bu Sri ada?”, tanyaku sambil berjingkat, padahal ku yakin bu Sri tidak bisa membedakan langkah kaki ku.
“Heit…! halah mengagetkan saja kau ini,.ya ada.., .itu rumahnya”, jawab Santo kesal.
“He.he….” , balasku cengar cengir sambil membuka pintu kamar.

Beginilah rutinitasku ketika menunggak uang kost. Pulang malam-malam untuk mengambil baju dan buku, dan pagi-pagi buta sudah kabur dari kost. Kali ini sudah 2 minggu sejak surat sakti bu Sri mampir dikolong pintuku. Tulisannya singkat namun tajam.

“Mas Tomi bulan ini harap diselesaikan sewa kost-nya”
Aku tau ini merupakan suatu awalan, pada akhirnya yang paling sakti adalah repetan mulut bu Sri. Sudah tak terhitung rasanya repetan bu Sri mengenai keterlambatan sewa kost. Rata-rata menusuk dan menohok relung hati.

“ Ga capek……kucing-kucingan terus”, ucap Santo sambil beringsut masuk.
“ Halah…, ginilah keadaannya To”
“Mbok ya kamu tuh ngomong baik-baik dengan bu Sri, biar jelas gitu. Jadi bu Sri gak nyari-nyari”
“Halah…malas mas, paling kena omelan………bosen”
“Iya……tapikan jadi tenang…bu Sri toh baik kok, aku yakin dia ngerti. Justru melarikan diri gini malah ga bagus”
“Eh…..mas !, aku gak melarikan diri loh, aku cuma perlu waktu sampai uang kirimanku sampai”, emosiku jadi naik mendengar kata “melarikan diri”
“Yo wes.., jangan marah gitu.., aku cuma ngomong aja kok” , balas Santo menenangkan.

Memang di saat ada masalah dan keuangan terganggu, kadang emosi kita tidak stabil.
“Kamu udah makan Tom?”, tanya Santo.
“Udah mas…….makasih”
“Aku cuma ngomong aja loh Tom, kamu jangan marah sama aku ya……….”
“Gak kok mas….tadi cuma spontan aja kok. iya mas…..mas bener kok. Bagusnya aku ngomong dengan bu Sri”
“Nah bener tuh…..kebetulan tadi sore bu Sri nitip pesan ke aku, kalau ketemu kamu disuruh menghadap secepatnya”, ujar mas Santo memberi kabar.
“Oh iya mas ya…? besok aku ngadap bu Sri”, ujarku lesu.
“Ya udah…..aku istirahat dulu” pamit mas Santo sambil meninggalkan kamarku.

Tinggallah aku sendiri memikirkan apa alasanku besok ketika menghadap bu Sri. Ku siap-siapkan mentalku untuk mendengan omelan bu Sri. Bukankah sudah dua kali aku mengalami hal yang sama. Tapi aku yakin bu Sri tidak akan mengusirku, walaupun mulutnya cerewet aku tau hatinya baik. Ketika meyakini hal itu, aku agak tenang untuk tidur, bersiap untuk besok.

“Healah… kamu ini Tom..Tom, mbok ya ngomong kalau belum ada. Jangan ngilang-ngilang gini, jadi laki-laki itu ya tanggung jawab, hadapi, gitulah kalau ada masalah…”, Omelan bu Sri terus merepet hampir setengah jam. Aku yang tertunduk hanya mengangguk dan berkata iya bu. Dirasa sudah cukup, bu Sri bertanya kapan kira-kira ku selesaikan sewa kost ku. Dengan yakin kukatakan secepatnya setelah uang kirimanku sampai.
“Ya udah kalau gitu……..kamu bayar setelah uangmu sampai, sudah jangan sembunyi-sembunyi lagi.Telinga ibu pusing dengar langkah kakimu malam-malam, gangu tidur aja.., lagi pula ibu khawatir kalau kamu ngilang-ngilang, tar gimana kalau keluargamu nelpon, ibu harus jawab apa? ngerti kamu?”
“Iya bu…”, lagi-lagi cuma itu yang bisa ku ucapkan.
Nasehat bu Sri masih berlanjut setengah jam lagi. Walaupun kuping dan pantatku sudah panas, tapi hati dan pikiranku sudah tenang. Aku tidak perlu lagi kucing-kucingan masuk kost. Memang masalah itu harus dihadapi bukan di hindari seperti kata mas Santo.

Pagi-pagi aku dengan semangat pergi berangkat kuliah.
Tiba-tiba…, ”Tumben dah terang baru keluar mas? biasanya subuh-subuh dah ngilang?”
“He.he…bisa saja mas Santo ini”balasku tersipu.

Sumber: http://www.cerita-pendek.com

23 Mei 2011 - Posted by | Pribadi, Renungan |

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar